Foto ilustrasi via Ig gekta_melisa |
Dahulu, aku tak pernah berpikir bahwa ada seorang wanita yang rela menjadi kekasih dari pria yang sudah memiliki kekasih selama bertahun-tahun. Aku tak mempercayainya. Hingga hari itu, aku melihatmu bersamanya, saling mencintai, saling memiliki dan saling membela. Saat itu aku pikir, aku terlahir sebagai orang yang
bodoh. Aku mempertaruhkan rasaku pada hati yang tak tepat. Aku membiarkan rinduku berhamburam pada ruang hati yang salah. Aku memilih mundur, berhenti dan membiarkan kalian berlanjut.
Jalan-jalanku sulit. Langkah-langkahku tertatih. Luka di dalam sana mencoba sembuh. Hatiku patah. Ruang-ruang rasaku berantakan. Rindu-rinduku ragu-ragu. Tangis dan perih masih memberi kisah. Aku terkapar dalam luka yang tak ku yakini.
Setelah bertahun-tahun berlalu aku telah selesai dengan semuanya. Luka-lukaku perlahan sembuh. Perih tak lagi berkunjung. Langkahku kembali kurapikan. Hatiku memilih berenergi. Rindu-rinduku kembali memberi arah dan aku bertemu dengan seseorang yang pada akhirnya berkeputusan membersamaiku untuk membereskan luka-lukaku.
Meskipun telah memutuskan segala kontak dan komunikasi dengan kalian dan aku telah berjalan pada perjalananku, aku sering penasaran dengan kalian. Seperti apa rasanya hidup dengan menyakiti orang lain? Seperti apa rasanya kebahagiaan yang didapat dengan mengkhianati? Seperti apa perjalanan kalian dengan melukai orang lain? Aku masih sering memikirkannya, berandai-andai aku berada di posisi kalian dan bebas melukai seperti kalian. Sayangnya, aku tak punya hati seironis itu.
Dan untukmu yang saat itu rela menjadi kekasih dari mantan kekasihku yang saat itu masih menjadi kekasihku, terima kasih. Engkau telah membebaskan langkahku untuk menjauh dari luka yang mungkin akan terus menghantuiki. Terima kasih telah mengambil dia, hingga aku menemukan lagi seseorang yang baik dan setia.
Aku tak membenci kalian. Akupun tak menyimpan dendam. Aku hanya berharap, kehidupan kalian tetap berbahagia seperti saat aku meninggalkan kalian dan memilih mengalah. Akupun tak berharap kalian patah dan jatuh berkeping-keping sepertiku dahulu. Aku telah ikhlas dengan semua itu.
Terima kasih telah membantu melukaiku dahulu, hingga aku setegar sekarang. Kamu ikut andil dalam segala kekuatanku yang terkumpul hari ini. Terima kasih telah memisahkanku dari orang yang salah hingga aku menemui orang yang tepat hari ini. Terima kasih, karena engkau ada di antara kami, aku menjadi seseorang yang bisa memilih apa yang harus kupertahankan dan apa yang harus kulepaskan.
Terima kasih karena telah mematahkan hatiku dan aku telah menyambungnya dengan kekuatanku. Terima kasih telah menyadarkanku bahwa cinta tak selalu berujung bahagia. Terima kasih telah memilihkanku jalan ini dan aku bebas meraih apa yng aku inginkan. Dan terima kasih telah membuatku bersyukur bahwa bahagia tak harus dengan melukai orang lain.
Posting Komentar