Kajeng Kliwon di Sebut Hari Keramat, Ini yang di Lakukan Menurut Lontar |
Hari Raya Kajeng Kliwon dirayakan setiap 15 hari
sekali. Kajeng Kliwon merupakan ahri raya berdasarkan pertemuan antara triwara
terakhir yakni Kajeng dengan pancawara terakhir yakni Kliwon. Hari raya ini
dipercayai sebagai hari keramat di Bali.
Terkait Pancawara Kliwon, dalam Lontar Sundarigama
disebutkan L
Nihan taya amanah, kunang ring panca terane, semadi
Bhatara Siwa, sayogia wong anadaha tirtha gocara, ngaturaken wangi ring
sanggar, muang luwuring paturon maneher menganing akna cita.
Wehana sasuguh ring natar umah, sanggar, ring
dengen, dening sega kepel duang kepel dadi atanding, wehakna ada telung
tanding, iwaknia bawang jae.
Kang sinambat ring natar, Sang Kala Bucari.
Ring sanggar Bhuta Bucari.
Ne ring dengen, Sang Durga Bucari.
Ika pada wehana labaan, nangken kaliyon, kinon
rumaksa umah, nimitania. Pada anemu sadia rahayu. Kunang yan kala iyantara
keliyon, pakerti tunggal kayeng lagi.
Artinya
Saat Pancawara Kliwon merupakan payogan atau
beryoganya Bhatara Siwa.
Pada saat ini sepatutya melakukan penyucian dengan
mempersembahangkan wangi-wangian bertempat di merajan dan di atas tempat tidur.
Sedangkan di halaman rumah, halaman merajan dan
pintu masuk pekarangan rumah, patut juga mempersembahyangkan segehan kepel dua
kepel menjadi satu tanding, dan setiap tempat tersebut, disungguhkan tida
tanding yaitu:
Di halaman merajan, kepada Sang Bhuta Bhucari.
Di pintu keluar masuk, kepada Sang Durgha Bhucari.
Dan untuk di halaman rumah, kepada Sang Kala
Bhucari.
Maksud persembahyangan berupa labaan setiap Kliwon
ini untuk menjaga agar pekarangan serta keluarga semuanya mendapat perlindungan
dan menjadi sempurna.
Sementara untuk Kajeng Kliwon juga disebut ;
Kadi ring kelion nemu atutan kewala tambahane sega
warna limang warna, dadi awadah, ring dengen juga genahin caru ika, ika sanding
lawang ring luur, aturane canang lenga wangi burat wangi, canang gantal,
astawakna ring Durga Dewem, ne ring sor, ring Durga Bucari, Kala Bucari buta
Bucari, palania ayu paripurna sira aumah, yania tan asiti mangkana I Buta
Bucari, aminta nugeraha ring Bhatari Durga Dewem, mangerubadin sang maumah,
angadakakan desti, aneluh anaranjana, mangawe gering sasab merana, apasang
pengalah, pamunah ring sang maumah, muang sarwa Dewa kabeh, wineh kinia katadah
dan waduanira Sang Hyang Kala, nguniweh sewaduanire Dewi Durga, tuhunia
mangkana, ayua sira alpa ring wuwus manai.
Artinya:
Sementara itu pada hari raya Kajeng Kliwon, untuk
upakaranya sama seperti pada hari Pancawara Kliwon, hanya tambahannya yaitu
segehan lima tanding.
Pada samping kori sebelah atasnya dipersembahyangan
canang wangi-wangi, burat wangi, canang yasa, dan yang dipuja ialah Hyang Durga
Dewi.
Yang disungguhkan dibawah untuk Sang Durga Bucari,
Kala Bhucari, Bhuta Bhucari, dengan tujuan agar berkenan memberikan keselamatan
kepada penghuni rumah atau tidak ngarubeda.
Jika tidak melakukan hal itu, maka Sang Kala Tiga
Bhucari akan memohon penugrahan kepada Bhatara Durga Dewi, untuk mengganggu
penghuni rumah, dengan jalan mengadakan gering atau penyakit dan mengundang
kekuatan black magic, segala merana, mengadakan pemalsuan, yang merajalela di
rumah, yang mana mengakibatkan perginya para Dewata semuanya, dan akan
memberika kesempatan para penghuni rumah disantap oleh Sang Hyang Kala
bersama-sama dengan abdi Bhatara Durgha.
Dalam buku pokok – pokok Wariga karya I. B. Suparta
Ardhana disebutkan ada jenis Kajeng Kliwon Uwudan dan Kajeng Kliwon Enyitan.
Kajeng Kliwon Uwudan merupakan hari baik untuk
menghidupkan ilmu hitam atau pengiwa, dan untuk Kajeng Kliown Enyitan merupakan
hari baik untuk membuat sasikepan (jimat) atau sesuatu yang berkekuatan gaib.
Kajeng Kliwon Uwuda ini adalah Kajen Kliwon yang
diperingati setelah Purnama, sedangkan Kajeng Kliwon Enyitan dilaksanakan
setelah Tilem
Selain itu, adapulan Kajeng Kliwon Pamelastali atau
Kajeng Kliwon yang dirayakan saat hari Minggu wuku Watungung
Sumber Tribun-Bali.com
Posting Komentar