Aku sudah memikirkan ini sejak lama. Sejak kali terakhir kita saling meninggalkan tanpa kata-kata, tapi justru membuat luka semakin terasa. Aku merasa bahwa hubungan kita tak bisa lagi saling menyenangkan aku dan kamu, tapi justru saling melukai satu sama lain.
Bila akhirnya aku memutuskan untuk berhenti berjuang, mengertilah ini bukan soal cinta yang tak lagi ada. Tapi cinta seharusnya saling mendewasakan, bukan? Dan lihatlah apa yang kita lakukan. Terus-terusan terluka karena masalah yang sama. Di mataku, hubungan kita tak melangkah ke mana-mana. Meski sakit, tapi kita harus melihat kenyataan bahwa kita sudah tak sejalan.
Hubungan kita berjalan sudah lama. Sejak kita masih muda dan naif, sampai kini lebih mapan dan dewasa
Apa yang membuatku begitu berat melepaskan, adalah kenyataan bahwa kita sudah bersama sekian lama. Sejak kita masih sama-sama muda dan begitu naif memandang dunia. Tentunya kamu ingat saat dulu kita masih membiarkan rasa ini tumbuh tak terkendali. Ah, jiwa kita yang masih muda tak paham apa arti kesedihan. Hingga kini kita sudah lebih mapan dan dewasa mengatur segala rasa, kita masih bersama, bergandengan tangan mencicip pahit dan manisnya cinta.
Mohon jangan menuduhku sudah tak punya rasa. Denganmu, aku pernah membayangkan pesta bahagia dan hari tua bersama
Jika kini aku memutuskan untuk menyerah, jangan lantas kamu berpikir aku tak punya rasa yang sesungguhnya. Dahulu, aku menemukan apa yang kucari dalam dirimu. Bersamamu, membuatku balajar banyak hal dan kenangan-kenangan kita yang berkesan itu masih bisa mendebarkan hatiku, sayang. Bersamamu, aku pernah juga membayangkan sebuah pesta besar, dengan kau dan aku sebagai raja dan ratunya. Lantas kita akan menua bersama-sama di sebuah rumah yang hangat dengan tawa canda anak-anak.
Kekecewaan memang silih berganti datang. Bahkan saat kita tak sejalan, aku meyakinkan diri untuk bertahan
Ya, selama ini hubungan kita memang tidak mudah. Aku tahu, setiap hubungan pasti pernah mengalami masa-masa sulit dan pertengkaran. Bagaimana aku mengharapkan semuanya akan selalu sejalan, karena kenyataannya kita memang dua orang dengan isi pikiran yang berbeda. Kamu pastinya lupa berapa kali kita jatuh bangun mempertahankan hubungan ini. Ya, meski kita terseok-seok oleh luka yang tak sekali atau dua kali datangnya, aku masih terus meyakinkan diri bahwa inilah proses pendewasaan yang harus kita hadapi sebelum melangkah ke masa depan nanti.
Aku tahu kita sama-sama manusia yang memiliki kelemahan. Tapi semakin lama, perjuangan ini justru semakin menyakitkan
Aku tidak bermimpi mendapatkan pasangan yang sempurna, tentu saja. Sayang, aku sudah lebih dari mengerti bahwa kita sama-sama manusia yang memiliki kelemahan. Itulah yang kupikirkan setiap kali kita saling bersitegang dan beradu punggung dengan masalah yang silih berganti datang. Dulu aku masih kuat dan selalu optimis ini akan berakhir bahagia. Tapi kini semuanya terasa semakin sulit. Perjuangan ini terasa semakin menyakitkan, dan aku tak tahu lagi apakah benar akan ada bahagia di ujung ini semua.
Tak hanya lelah dengan lukaku sendiri, sakit hatimu juga melukaiku. Sayang, bagaimana kita bisa berakhir saling menyakiti begini?
Setiap perkataan yang kamu lontarkan saat kita bersitegang membuat kepala dan hatiku sakit. Tapi aku tahu bahwa banyak dari sikapmu selama ini yang membuatmu terluka juga. Orang bilang cinta akan membuat hidup seseorang terasa lengkap. Tapi yang kurasakan sekarang, justru diri kita yang semakin terkikis oleh sakit hati. Aku lelah. Bukan hanya dengan lukaku sendiri, tapi juga sakit hatimu yang kutorehkan entah sengaja atau tidak. Aku sungguh tak mengerti, mengapa kita, yang berjanji untuk saling menyayangi, justru berakhir saling menyakiti seperti ini.
Aku dan kamu sudah melangkah sejauh ini. Dan hubungan ini bukan hanya soal kita lagi. Ada orang tua yang sudah terlibat dan senantiasa bertanya
Aku tahu, mengakhiri ini di sini bukan hal yang bijak. Apalagi kini hubungan ini tak hanya soal aku dan kamu saja. Orang tuamu sudah menyambutku tak seperti orang lain lagi, sama seperti Ayah dan Ibuku yang sudah tahu menahu soal hubungan kita dan tak henti bertanya kapan kita akan meresmikannya. Sampai saat ini, aku juga masih belum tahu bagaimana caranya menjelaskan kepada mereka bahwa kita tidak lagi bersama. Tapi nanti akan kupikirkan dulu alasannya. Yang terpenting kamu dan aku, saling merelakan dulu.
Aku yakin kamu akan mendapat penggantiku segera. Untukku, ini tak mudah juga, karena kita sudah menyakiti banyak hati
Hidup tak berakhir meski kita berpisah di sini, sayang. Di depan sana, kebahagiaan lain sudah menanti kita. Aku yakin, kamu akan mendapatkan penggantiku dengan segera. Seseorang yang lebih bisa mengerti dirimu, sehingga kalian bisa meniti jalan yang benar-benar sama. Saling beriringan, bukan saling menarik dan memaksa untuk jalan bersama.
Percayalah, untukku ini juga tak mudah. Kegagalan hubungan yang sudah sekian lama ini, bukan hanya aku dan kamu yang merasa, tapi juga orang-orang yang menaruh banyak harapan itu. Aku tahu, kita akan menyakiti banyak hati. Tapi mereka perlu mengerti bahwa sakit-sakit ini kita yang alami.
Tapi daripada terus berjalan saling menyakiti, lebih baik aku merelakan semua. Mari kita cari kebahagiaan kita sendiri-sendiri
Hidup ini hanya satu kali, bukan? Akan sia-sia jika kita habiskan dengan seseorang yang lebih banyak memberikan sakit hati daripada kebahagiaan. Aku mencintaimu. Tapi terkadang cinta bisa begitu membingungkan. Daripada kita terus bersama dan saling menyakiti, aku memutuskan untuk menyerah dan merelakan semua. Percayalah bahwa di luar sana, kebahagiaan yang sesungguhnya sudah menunggu kita. Aku tak sesombong itu untuk mengatakan bahwa kita tidak tercipta untuk satu sama lain. Karena aku tidak bisa membaca takdir Tuhan. Tapi untuk saat ini, marilah kita coba cari kebahagiaan kita sendiri-sendiri.
Sakitnya perpisahan ini, sayang, hanya satu kali dan akan segera menghilang bersama waktu yang berjalan. Nanti lama-lama kita akan terbiasa. Lebih baik begini, daripada terus memaksa untuk bersama, dan terluka berkali-kali.
Sampai jumpa,
Posting Komentar