Bukan Apa-apa, Aku Hanya Ingin Menyendiri Dulu...

 Hening di luar, riuh di dalam, kira-kira itulah yang menggambarkan seorang introvert dengan mudah. Tak banyak bicara, namun dalam dirinya tersimpan berbagai rasa. Tapi menjadi introvert tidak mudah juga. Seringkali orang memandangmu sombong dan antisosial. Sering juga kamu dianggap pendiam. Padahal sesungguhnya kamu senang bila ada orang yang mengajakmu berbincang.


Mengungkapkan isi hati pun susahnya luar biasa. Kebanyakan emosi kamu simpan sendiri saja, dan duka lara pun ‘dinikmati’ dalam diam. Menjadi introvert terkadang membingungkan. Bukan maksudmu menghindari orang, apalagi menyingkir dari pergaulan. Namun hati tak bisa dibohongi, sendirian seringnya jauh lebih menyenangkan. Terkadang kamu kepikiran juga. Bila menjalin relasi dengan orang lain begitu beratnya, bagaimana kamu bisa menemukan jodoh yang tepat? Dear orang-orang introvert, hal-hal inikah yang kamu rasakan?

1. Ketika orang marah-marah saat janjian dibatalkan, ada kalanya kamu malah senang. Tentunya semua ini hanya kamu rahasiakan

Biasanya orang akan sangat marah bila janji ketemuan yang disepakati dengan susah payah dibatalkan begitu saja. Apalagi kalau pembatalannya sudah di detik-detik terakhir saat kamu sudah siap sedia. Tapi terkadang kamu justru mengharap-harap pembatalan di momen seperti itu. Apalagi kalau sejak awal kamu sudah tak terlalu bersemangat untuk ikutan. Yah, terkadang kamu merasa bersalah juga. Tapi sejujur-jujurnya, itulah yang sering kamu rasakan.

2. Kamu memang tidak pandai bicara. Tapi seperti orang-orang lainnya, kamu ingin orang mengenal dan memahamimu juga

Terkadang kamu memang tidak tahu apa yang harus dikatakan. Ada kalanya kamu tidak ingin membicarakannya, tapi terkadang kamu tidak tahu bagaimana harus membicarakannya. Karena intinya adalah kamu tidak pandai bicara. Kamu perlu ditanya dulu untuk mengungkapkan isi hatimu. Namun bukan berarti kamu tidak ingin dipahami. Di balik senyum yang hening itu, ada berbagai hal yang ingin kamu sampaikan. Kamu hanya berharap seseorang menunjukkan cara untuk memulainya.

3. Konsentrasi penuh dan earphone menyumpal telinga. Semua orang menganggapmu antisosial, padahal kamu hanya sedang serius menangani pekerjaan

Bagaimana orang-orang menyebutmu di tempat kerja? Pendiam? Serius? Anti-sosial? Suka bekerja sendirian? Yah, apapun istilah lainnya, kamu sudah khatam mengalami itu semua. Di tempat kerja, daripada haha-hihi membahas gosip terkini, kamu lebih suka menyumpal telinga dengan earphone dan memilih sendiri nada yang ingin kamu dengarkan. Makan siang pun sering kamu lewati sendirian sambil tetap fokus melanjutakan pekerjaan.

4. Sesi interview kerja adalah momen paling membingungkan. Promosi atau “menjual diri” bukan keahlian yang bisa kamu lakukan

Yang paling sulit tentu saatnya mencari kerja. Sudah banyak artikel yang kamu baca dan tips yang kamu coba terapkan agal tidak lagi mengalami kegagalan. Kamu tahu hal-hal apa saja yang harus kamu katakan saat menjawab pertanyaan. Kamu juga tahu hal-hal apa saja yang harus kamu tanyakan saat wawancara. Tapi mempromosikan diri sendiri jelas bukan hal yang kamu kuasai. Akibatnya, kamu hanya menjawab saat ditanya dan kebingungan saat diminta menceritakan lebih banyak tentang dirimu. Apa kamu sering seperti itu?

5. Berada di antara banyak orang lebih melelahkan daripada sendirian. Namun diam-diam, kamu sebenarnya ingin jadi extrovert juga

Memang, kamu lebih suka menghabiskan waktu sendirian. Memang, shopping lebih menyenangkan saat kamu tak harus mendengarkan opini orang. Memang, terkadang kamu sering merasa kesepian saat di tengah-tengah pertemuan daripada saat sendirian. Namun dalam hati kecilmu, terkadang kamu ingin menjadi sosok yang extrovert dan mudah bergaul juga. Sesekali kamu merasa iri pada seseorang yang mudah merasa nyaman dan temannya banyak sekali.

6. Kini kamu sadar bahwa setiap orang punya karakter sendiri-sendiri. Bagaimana kamu menjalani hidup ini, harus kamu tentukan sendiri

Rasa iri itu sesekali ada. Terkadang kamu juga kesepian dan ingin mencari banyak teman. Namun seringnya kamu justru merasa canggung dan tidak nyaman. Baiklah, barangkali bukan seperti itu caranya. Kamu yang introvert dan dia yang extrovert tentu punya cara yang berbeda. Kamu paham bahwa rasa nyaman adalah segala-galanya. Daripada memaksakan diri menjadi apa yang bukan dirimu, kamu merasa lebih baik menjadi yang terbaik versimu.

7. Kamu paham bahwa yang terpenting bukanlah kuantitas. Meski jumlahnya tak banyak, kamu sudah merasa cukup dengan teman yang kamu punya

Persoalan teman terkadang menjadi pikiran. Apalagi saat orang lain bertanya, kok temanmu hanya itu-itu saja. Harus diakui, kamu hanya memiliki beberapa orang yang bisa kamu andalkan. Harus diakui, kamu tidak pandai berbasa-basi dengan orang baru di tempat baru sebab untuk mengakrabkan diri seseorang saja kamu butuh banyak waktu. Namun apalah artinya jumlah? Sebab yang kamu butuhkan adalah mereka-mereka yang membuatmu merasa nyaman, yang tidak bisa dilihat dari berapa angkanya.

8. Lebih nyaman menjadi “soloist” tak berarti kamu anti-pergaulan. Kamu hanya ingin semuanya seimbang

Menjadi solois adalah momen paling menyenangkan bagimu. Karenanya kamu tak masalah menghabiskan long weekend di kamar, tidak berbincang-bincang dengan orang kecuali saat dibutuhkan. Namun bukan berarti kamu antisosial seperti yang selalu dibilang. Kamu bisa menjadi sangat terbuka bila bersama orang yang tepat. Kamu hanya sedang membuat segalanya seimbang. Bila tak ada teman yang bisa menemani, kamu tak ragu-ragu pergi sendirian. Biar saja orang menyebutmu kesepian.

Setiap karakter memiliki cara tersendiri untuk beradaptasi. Tak ada salahnya menjadi introvert yang gemar menyimpan segala sesuatu dalam hati. Yang butuh waktu untuk terbiasa. Yang butuh jeda untuk kembali ceria. Wajar bila terkadang orang tak bisa memahami, namun itu bukan hal yang harus disesali. Yang terpenting, kamu memahami dan menyayangi diri sendiri. Yang terpenting, kamu bisa menjadi yang terbaik versimu, dan bahagia menurut definisimu sendiri. Lain-lain mari kita pikirkan nanti 🙂

Posting Komentar