Penjor bukanlah hiasan biasa yang bisa di gunakan dimana saja dan di isi apa saja, penjor merupakan bagian dari pelaksanaan Galungan yang sangat sakral sehingga keberadaannya harus sesuai dengan tatwa atau falsafah agama Hindu.
Penjor menurut Ida Bagus Sudarsana berasal dari kata Penjor yang berarti pengajum atau pengastawa , kalau dihilangkan huruf “ny” menjadi kata benda yaitu penyor yang berarti sebagai sarana untuk melaksanakan pengastawa. Sehingga penjor merupakan sebuah pengastawa atau doa dan persembahan rasa syukur atas kemurahan Tuhan dengan menghaturkan segala hasil alam yang telah diberikan.
Dalam Keputusan Kesatuan Tafsir Aspek-Aspek Agama Hindu disebutkan bahwa penjor merupakan simbol Nagaraja Anantaboga, yaitu Dewa Naga yang berada di dalam tanah yang merupakan simbol kemakmuran sekaligus sumber kehidupan, sehingga banyak penjor yang berisi ornamen naga. Penjor juga merupakan simbol Gunung, sebagai tempat paling sakral dalam mepercayaan Bali. Gunung di yakini memberikan kemakmuran dan keselamatan, gunung juga merupakan sumber kehidupan dan sumber makanan, segalanya dapat tumbuh disini dan juga merupakan sumber segala obat seperti terdapat dalam Itihasa khususnya cerita Ramayana.
Penjor ini disimbolkan gunung yang sarat akan buah-buahan, umbi-umbian dan sumber makanan lainnya. Penjor di buat dari sebatang bambu yang melengkung dengan indah dan usahakan agar tidak terpotong ujungnya (masih utuh) karena sebagai simbol naga haruslah seperna jika terpotong bukan sebagai Naga Antaboga lagi tapi menjadi Naga sesa yang berpengaruh negatif sehingga usahakan batang bambunya yang tidak terpotong ujungnya. Yang dihias dengan daun enau (ambu) / janur yang muda serta daun-daun lainnya (plawa).
Bagian bawahnya di hiasi dengan useran atau ambu dililit sebagai simbol leher naga dan kepalanya tertanam di bawah tanah. Jika sebagai gunung sebagai simbol hutan lebat.
Posting Komentar