Ini 5 Kala Hadir pada Penampahan Kuningan Kali Ini, Apa Maknanya?

Ini 5 Kala Hadir pada Penampahan Kuningan Kali Ini, Apa Maknanya?

 Dalam susunan kalender Bali dikenal istilah ala ayuning dewasa yang berarti baik-buruknya suatu hari dalam melakukan aktivitas atau kegiatan tertentu.

Dewasa atau padewasan yang biasa disebut ilmu wariga ini, seperti yang dijelaskan dalam buku Ala Ayuning Dewasa Ketut Bangbang Gede Rawi yang ditulis oleh Ida Bagus Putra Manik Ariana dan Ida Bagus Budayoga, adalah cara untuk mengidentifikasi hari yang baik dan hari yang jelek (buruk).

"Jelasnya (padewasan itu adalah) pengetahuan untuk menentukan hari baik dan hari jelek," tulisnya.

Cakupan mengenai ala ayuning dewasa ini sangatlah luas dengan menyentuh berbagai aspek kehidupan manusia melalui perhitungan parameter tertentu.

Perhitungan yang dimaksud berupa pawintangan yang ditetapkan berdasarkan letak bintang dalam mengelilingi matahari; sasih yang berhubungan dengan penentuan musim berdasarkan peredaran gerak semu matahari dan juga bulan yang mengelilingi bumi; dan wuku tentang ilmu ruas-ruas kumpulan binatang tertentu yang berporos di bumi.

Selain itu juga berpedoman pada wawaran yakni tentang nama-nama hari dan dedaunan yang dipakai sebagai ilmu pembagian waktu dalam satu hari.

Menurut Ida Pandita Empu Yogiswara di Griya Manik Uma Jati, dalam ala ayuning dewasa ini memang tidak terlepas dari adanya wariga-wariga seperti wuku, ingkel dan di dalamnya terdapat larangan-larangan.

Ida Pandita pun menjelaskan bahwa ala ayuning dewasa ini juga tidak terlepas dari adanya ala ayuning dina (hari), ala ayuning sasih (bulan) dan ada ala ayuning nyet (pikiran).

Jadinya, meski ada larangan-larangan namun jika pelaksana kegiatan memiliki pemikiran yang positif maka hal tersebut boleh dilakukan.

"Sekarang ada ala ayuning nyet. Nyet itu pikiran. Kalau kita memang pikiran itu hening dan tidak akan kena apapun yang namanya musibah itu, itu boleh karena kita yakin," jelasnya.

Kemudian dijelaskan lagi dalam buku yang ditulis Ida Bagus Putra Manik Ariana dan Ida Bagus Budayoga tersebut, bahwa pada sistem ala ayuning dewasa ini juga dikenal istilah pangkakalan, yakni munculnya kala-kala tertentu yang dijadikan pembanding untuk menentukan baik-buruknya dewasa.

Karena seringkali terjadi ketika padewasan berdasakan wuku, wewaran, penanggal-panglong dan sasih sudah baik, namun pada sistem pangkakalannya jelek.

Pada Jum'at (Sukra), (25/9/2020) Wuku Kuningan yang juga ditandai sebagai Hari Penampahan Kuningan seperti tertulis dalam kalender yang disusun oleh Alm. I Ketut Bangbang Gede Rawi dan putra-putranya bahwa terdapat Kala Buingrahu, Kala Ngadeg, Kala Caplokan, Kala Bancaran, dan Kala Rumpuh.

Kembali dalam buku Ala Ayuning Dewasa Ketut Bambang Gede Rawi yang ditulis oleh Ida Bagus Putra Manik Ariana dan Ida Bagus Budayoga menjelaskan kehadiran kala tersebut.

1. Kala Buingrahu

Kemunculan Kala Buingrahu membawa padewasan jelek untuk mengatapi bangunan.

Meski kurang baik untuk kegiatan mengatapi bangunan, kemunculan Kala Buingrahu baik untuk membakar citakan (bakalan bata dan genting).

Kala Buingrahu ini muncul pada Redite Wuku Warigadean, Medangsia, Uye dan Watugunung; Soma Wuku Kelurut dan Bala; Anggara Wuku Wariga Langkir, Matal, dan Dukut; Budha Wuku Wariga, Langkir dan Matal.

Selain itu muncul pada Wrespati Wuku Ukir, Kerulut, dan Bala; Sukra Wuku Gumbreg, Warigadean, Kuningan, Medangkungan, Uye, Bala, Kelau dan Watugunung; serta Saniscara Wuku Kilantir, Ugu, dan Landep. 

2. Kala Ngadeg

Padewasan yang berisi Kala Ngadeg sebagai waktu yang baik untuk membuat pintu rumah (kori), tembok, pagar, mulai memelihara unggas atau ayam aduan dan membuat sangkar.

Kedatangannya yakni pada Redite Wuku Pujut dan Kerulut; Soma Wuku Tambir dan Kelawu; serta Sukra Wuku Watugunung.

Dalam buku Ala Ayuning Dewasa Ketut Bambang Gede Rawi yang ditulis oleh Ida Bagus Putra Manik Ariana dan Ida Bagus Budayoga tidak dijelaskan ada kehadiran pada Sukra Wuku Kuningan.

3. Kala Caplokan

Kala Caplokan sebagai hari yang baik untuk membuat alat-alat penangkat ikan, seperti bubu, jaring dan yang paling utama yakni membuat pancing.

Kehadiran Kala Caplokan yakni pada Soma Wuku Julungwangi, Anggara Wuku Tambir, Budha Wuku Perangbakat, Sukra Wuku Kuningan serta Saniscara Wuku Sinta, Julungwangi dan Pujut.

4. Kala Bancaran

Kala Bancaran memiliki makna muncrat atau memancar dan dianggap sebagai dewasa yang baik untuk membuat senjata perang, membuat taji dan sebagainya.

Namun dihibau dalam kehadiran Kala Bancar ini sebaiknya jangan dipakai sebagai dewasa yang berkaitan dengan harta kekayaan karena mengandung unsur pemborosan.

Kehadiran kala ini yakni pada Redite Wuku Sinta serta Anggara Wuku Tolu, Tambir, dan Dungulan.

Dalam buku Ala Ayuning Dewasa Ketut Bambang Gede Rawi yang ditulis oleh Ida Bagus Putra Manik Ariana dan Ida Bagus Budayoga tidak dijelaskan ada kehadiran pada Sukra Wuku Kuningan.

5. Kala Rumpuh

Kala Rumpuh sebagai ketentuan dewasa yang jelek guna memulai beternak hewan, membuat rumah maupun pindah rumah.

Kemunculannya pada Redite Wuku Merakih; Soma Wuku Julungwagi dan Medangkungan; Budha Wuku Sungsang, Tambir, Bala, Ugu dan Wayang; Wrespasti Wuku Langkir, Medangsya, Kerulut, Uye dan Perangbakat; serta Saniscara Wuku Matal, Menahil, Kelawu dan Dukut.


Dalam buku Ala Ayuning Dewasa Ketut Bambang Gede Rawi yang ditulis oleh Ida Bagus Putra Manik Ariana dan Ida Bagus Budayoga tidak dijelaskan ada kehadiran pada Sukra Wuku Kuningan. (*)

Posting Komentar