Photo by Yoab Anderson on Unsplash via https://unsplash.com
|
Kita semakin tertekan pada kehidupan yang selalu mengancam. Kita tertekan karena batas waktu yang telah kita tentukan untuk suatu rencana, ternyata terlewati dengan begitu mudahnya. Lalu untuk apa kita membuat rencana itu?
Ketika kenyataan yang ada dihadapan kita terasa begitu menyakitkan dan membuat sesak hati kita. Kepala sering berdenyut akibat dari stress yang berlebihan. Kadang kita perlu untuk menghilang sejenak. Kadang kita ingin pergi dari kehidupan kita sendiri. Kadang kita suka menyalahkan keadaan.
Lalu kita berkaca dan melihat, siapa itu? Rasanya bukan diri kita lagi. Ia serasa asing, dan kita berusaha untuk tidak mempercayainya. Padahal siapa yang akan percaya pada diri kita, jika tidak dimulai dari diri sendiri? Kita perlu mempercayai diri, yaitu dengan melakukan hal yang sesuai dengan keberpihakan hati.
Ketika semua rencana tak tercapai, ada kekosongan yang muncul. Kita merasa bahwa apa yang dilakukan semuanya sia-sia saja. Kita bahkan tak belajar dari situ, sebab waktu kian cepat melesat. Tiba-tiba saja kita sudah sana, dan menyadari ada banyak hal yang terlewati dan tersesali. Kita hanya bisa pasrah, menyerah dan bersikap “apa adanya”.
Padahal kita masih punya kesempatan. Dan kita tak bisa menunggunya datang. Kita perlukan adanya upaya untuk itu. Jangan hanya ikut-ikutan. Tapi kita bisa bertanya. Kita bisa memberi. Kita bisa membantu. Hidup bukan hanya untuk diri sendiri.
Mungkin kita iri melihat teman telah berhasil dengan pekerjaannya. Mungkin kita iri melihat keberhasilan orang lain. Tapi kita perlu menyadari bahwa mereka berjuang untuk mencapai hasil itu. Maka kita perlu berjuang juga untuk kehidupan kita.
Jangan menyerah pada kehidupanmu. Sebab menyerahmu hanya akan membuatmu semakin asing dengan dirimu. Ingat kembali orang yang pernah kamu bantu. Ingat kembali kejadian yang membuat hatimu bersemangat. Ingat kembali yang membuat batinmu bergejolak. Lalu buat kembali target.
Walau dirimu yang sebelumnya mungkin tak setuju. Walau dirimu yang sekarang tak mampu. Walau temanmu sudah pergi jauh meninggalkanmu. Targetmu akan kamu buktikan sendiri. Tak perlu beritahukan yang lain. Cukup dirimu sebagai penentu. Jalan hidupmu yang sesungguhnya. Karena berarti kamu telah berusaha untuk kembali.
Apa yang kita harapkan kadang tidak sesuai dengan kenyataan, tapi dari sanalah kita belajar bahwa hidup tidak akan pernah sempurna.