Saat kita ditawari “kontrak” oleh Tuhan untuk lahir ke dunia, momen-momen yang menjatuhkan dan menguji kesabaran otomatis jadi pasal di dalam kontraknya. Momen-momen inilah yang sering datang di saat tak disangka-sangka. Dan setiap ia datang, kita akan mengeluh dan bertanya, “Kenapa harus aku lagi? Kenapa selalu begini?”
Padahal kesulitan yang sekarang kamu hadapi, tak selalu berarti kiamat di akhir hari.
Meski sekarang sulit dimengerti, momen-momen buruk ini bisa mengajarimu sesuatu. Sekarang tergantung kamu: maukah dirimu mengambil pelajaran itu?
Sekarang kamu mungkin susah percaya. Tapi beberapa tahun lagi kamu akan membayangkan momen ini lalu tertawa
Sekarang mungkin susah percaya.
Mana ada yang mau dikirimkan ujian dan kesulitan? Bahkan yang sudah tahu bahwa kesulitan sebenarnya adalah sinonim dari pendewasaan akan keberatan jika harus diuji. Kalau bisa memilih, tentu kita mau hidup yang seenaknya sendiri.
Tapi sekali lagi, kesulitan sudah tercantum di kontrak hidup kita. Tak ada yang bisa kita lakukan untuk mengamandemennya. Berita baiknya — walau sekarang mungkin kamu susah percaya — beberapa tahun lagi kamu akan bisa melihat kembali momen sulit ini dengan tawa. Katamu, “Ah, sebenarnya dulu nggak begitu berat juga, ya?”
Kamu salah. Ujian ini tetap berat, meskipun kamu sudah bisa melewatinya. Kamu hanya tumbuh dewasa — karena itulah ujian itu tak lagi terlihat seseram sebelumnya.
Kesulitan juga bisa jadi motivasi. Demi melewatinya, kamu pun melecut diri. Kata ‘malas’ tak diakui di sini
“Semangat deh! Demi masa depan yang lebih baik ;)”
“Benar juga sih kalau katamu aku harus lebih semangat kerja. Biar Ibu Kos nggak nagih melulu, ya?”
Kesulitan seringkali menghampiri dan dapat mengubahmu menjadi pribadi yang penuh semangat. Semangat ini penting banget untuk mendorong kegigihanmu agar hidup yang dijalani lebih baik. Kamu tahu, tanpa semangat dan jika tak melecut diri, kamu tak akan bisa melewati kesulitan ini.
Kalau kesulitan datang, kadang susah juga buat bahagia. Padahal, kebahagiaan itu bisa “direkayasa”
Sebelumnya kamu hanya tahu bahwa hidup lebih menyenangkan kalau ada teman-teman. Nongkrong bareng mereka memang seru dan selalu membawa canda-tawa. Tapi, perlu disadari kalau kebahagiaan nggak selalu dengan mereka. Ada kalanya masalah itu muncul. Nah, kalau sudah begini nih kamu akan bingung menghabiskan waktu luangmu dengan siapa.
*ngomong sama diri sendiri*
“Aku gak bisa nih nongkrong sama mereka. Lagian masalah kok muncul pas aku lagi sendiri gini…”
Hey, kamu justru bisa menciptakan kebahagiaan sendiri. Misalnya mengisi waktu dengan hobi bermain gitar. Main gitar kan nggak harus bareng teman-teman. Dengan begitu, suasana hatimu dapat berubah dari yang penuh kegundahan menjadi terobati dan lebih bersemangat. Tidak harus main gitar juga, sih — kamu bisa melakukan apapun yang intinya akan memberi kebahagiaan bagi diri sendiri. Bukan orang lain, tapi kamulah yang memegang kunci.
Lewat kesulitan kamu jadi “terpaksa”. Terpaksa mencari cara lain untuk bahagia.
“Tenang bro, gue punya jurus terjitu buat selesaikan masalah lo dengan si bos.”
“Apa emangnya?”
“Salah satunya ya lo jangan jutek-jutek di kantor, tebar senyuman dong. Lo tau kan efek senyuman saat orang memandang tuh dahsyatnya kayak apa?”
Kalau setiap kesulitan yang didapat kamu ambil sisi positifnya, percaya deh akan menjadi lebih mudah menghadapinya. Kamu pun akan memiliki segudang cara ampuh menyelesaikan permasalahan tersebut. Tinggal ditelusuri kesulitannya di mana, apa saja yang harus diperbaiki, dan langkah apa yang tepat dilakukan.
Kesulitan juga mengajarkanmu untuk rendah hati. Ternyata, kamu jauh dari sempurna selama ini
Saat Tuhan telah memberikan berbagai kebahagiaan dalam diri hamba-Nya, kamu seringkali lupa akan nikmat tersebut. Kamu terhanyut pada kesenangan dan merasa bahwa segala sesuatu yang didapat saat ini berasal dari jerih payahmu sendiri. Namun, ketika cobaan itu datang, kamu mulai menyadari bahwa semuanya itu berkat campur tangan Tuhan, dukungan dan bantuan lingkungan sekitar. Tanpa mereka, kamu bukan siapa-siapa
Hanya mereka yang pernah sulit lah yang tahu makna empati. Kesulitan mengajarkanmu untuk lebih banyak berbagi
“Kamu kenapa jadi rajin ngasih baju bekasmu gini, deh?”
“Ya gimana. Aku tahu rasanya nggak punya uang buat beli seragam sekolah.”
Perubahan menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya adalah salah satu kesempatan bagi insan yang dilanda kesusahan. Nggak salah kalau momen diberikannya cobaan menjadi tolok ukur sampai mana kegigihan kamu memperbaiki keadaan dan diri sendiri. Makanya, jangan heran kalau tiba-tiba rumah ibadah ramai dan banyak donator di panti asuhan setelah terjadi peristiwa bencana alam.
Semua ini tentu hanya bisa kamu dapatkan jika percaya. Percaya bahwa “jalur masuk” ke momen sulit juga ada jalur keluarnya
“Nggak usah bingung mesti gimana. Lo tenangin pikiran dulu, nanti ketemu pencerahannya.”
Percaya deh, kamu nggak akan diberikan ujian kalau nggak bisa melewatinya. Bukankah Tuhan sendiri yang sudah berjanji, dan bukankah Tuhan tak pernah mengingkari?
Anggap aja kalau ujian tersebut sebagai bumbu-bumbu manis dalam hidupmu yang nggak akan terlupakan. Cepat atau lambat, kamu akan menemukan jalan keluar. Jalan yang sudah disiapkan oleh-Nya sebelumnya. Sungguh, kamu hanya perlu terus berjalan dan percaya.
Posting Komentar