Memiliki sosok pahlawan yang sangat berjasa dalam hidupmu? Punya pengalaman titik balik dalam hidup yang dipengaruhi oleh seseorang? Masing-masing dari kita pasti punya pengalaman tak terlupakan tentang pengaruh seseorang dalam hidup kita. Seperti pengalaman Sahabat Prempuan Bali ini.
Oleh: Agung Ayu Kartika - Ubud Bali
Tulisan tentang pahlawan ini sudah lama aku nantikan, Aku ingin sekali berbagi kisah tentang sosok perempuan tangguh yang kuanggap sebagai pahlawan,dia memang tidak berkorban untukku,dan orang lain tetapi bagiku apa yang telah ia lakukan justru menunjukkan bahwa dialah pahlawan keluarga yang rela mengorbankan dirinya dan kesenangannya demi keluarga. Dia adalah saudara perempuanku yang sejak puluhan tahun lalu hidup terpisah dariku karena berkeluarga dan menetap di kota yang terpisah radius ratusan kilometer dariku.
Saudara perempuanku Fariana merupakan anak kesayangan ibuku, aku masih ingat puluhan tahun lalu ketika kami masih kecil Ibu selalu membentenginya dengan berbagai cara, boleh dibilang Ibu pilih kasih dalam membagi kasih sayang terhadap anak perempuannya.kakakku fariana selalu diistimewakan baik dalam hal pola asuh,pemilihan makanan,maupun pakaian. Walaupun begitu kami sebagai adik-adiknya tidak pernah merasa iri. Aku secara diam-diam mengagumi kulitnya yang putih mulus. Wajahnya yang oriental dengan mata sipit serta hidungnya yang bangir membuat ia memang patut dikagumi.Aku juga masih ingat setiap hari Ibuku selalu menyediakan buah jeruk manis untuknya, dan sisanya Ibu simpan ditempat tersembunyi yang hanya Ibuku sendiri mengetahui tempat persembunyian buah jeruk keramat kakakku begitulah sebutan kami bila menemukan buah jeruk yang disimpan ibu untuknya.” Kamu harus banyak makan buah yang mengandung vitamin C” kata Ibuku setiap kali kakakku selesai makan, dan buah jeruk tersebut ibuku kupas dan Ibu tetap duduk dekat kakakku untuk mengawasi apakah buah jeruk tersebut dihabiskan sendiri atau berpindah mulut padaku atau saudara perempuanku lainnya.Ibuku betul-betul merawat kakakku seolah-olah ia adalah Kristal yang tidak boleh retak atau pecah.
Banting Tulang untuk Memenuhi Kebutuhan Keluarga
Ternyata kehidupan kakakku tidak semulus dan sebening Kristal, setelah ia menikah kakakku harus mengikuti suaminya dan tinggal di kota lain.Awal kehidupannya kakakku bagaikan putri raja, semua keperluan hidupnya terpenuhi, dan betapa bangganya Ibuku setiap kali menceritakan kehidupan kakakku yang makmur kepada kami, hingga kami saudara perempuannya hanya bisa termangu-mangu ketika mendengar cerita ibu, betapa ibuku sangat bangga dengannya.Hingga suatu saat,ketika aku sudah menikah dan punya kesempatan dinas luar mengunjungi kota dimana kakakku tinggal. betapa terkejutnya diriku melihat kenyataan bahwa apa yang diceritakan ibuku ternyata tidak sebanding dengan apa yang aku lihat.
Kakakku ternyata harus banting tulang mencari nafkah Karena suaminya sakit, dan betapa miris hatiku melihat perjuangannya mengambil alih peran suaminya sebagai pejuang kehidupan, kakakku menggantikan posisi suaminya mas eddy yang hanya mampu tergolek lemah di tempat tidur karena sakit tulang. Untuk menghidupi kelima anaknya kakakku bekerja di toko kelontong terkadang ia harus mencari tambahan dengan antar jemput beberapa anak sekolah lainnya. Terkadang pada saat jam istirahat siang ia sempatkan pulang ke rumahnya hanya untuk memastikan apakah suaminya dalam kondisi baik-baik saja,atau menyuapinya makan,karena keterbatasan biaya,kakakku tidak mampu membayar orang untuk mengurus rumahnya.Sementara anak-anaknya bersekolah di sekolah yang sama jadi pulangnya bisa bersamaan pada saat kakakku pulang kerja.
Merahasiakan Semuanya pada Keluarga
Dini hari ia harus bekerja menyiapkan jualan untuk dititipin di warung-warung kecil.duh kakakku kasian sekali nasibmu, ingatanku tentang jeruk sunkis masih terbayang, Aku bisa bayangkan bila ibuku tahu kondisi kakakku selama ini yang ia sembunyikan, padahal kakakku cukup mengadu kepada Ibu dan aku yakin Ibu pasti akan mengerahkan semua anak-anaknya untuk membantu membiayai kehidupannya. ”kenapa begini kak”? tanyaku
“Kita tidak pernah menyangka bahwa ketidakmampuan akan mengubah cara orang lain hidup dek,Kakak tidak pernah menginginkan hidup kakak seperti ini dan kakak tidak ada waktu untuk meratapi, tapi kakak harus berjuang demi kelima ponakanmu untuk tetap hidup,dan mas eddy yang sekarang terkapar, siapa lagi yang harus kakak minta tolong? saudara? tetangga? Ibu kita? Tidak ada yang bisa menolong kecuali diri kita sendiri.
“Sudah berapa lama seperti ini kak?” tanyaku
“Sejak mas eddy sakit dan kakak harus berjuang sendiri. Tolong jangan kasih tahu Ibu kita, apapun kondisinya tentang anak-anaknya janganlah kita menambah beban orang tua, biarlah rahasia ini kakak simpan dan Ibu kita tidak boleh tahu.” Semua ada masanya dek”Itu sepenggal kalimat yang kakakku ucapkan. Akupun memegang janjiku hingga waktu mengubah kondisi kakakku.Semua akan ada masanya,dan ia benar.
Hatinya Sebening Kristal, Ia tak Ingin Membebani Ibu
Lima tahun berlalu ketika terakhir aku mengunjunginya,kami pun dipertemukan kembali di rumah Ibu,karena Ibu menginginkan anak-anaknya pulang dari perantauan. Rasa rindu keluarga, saudara yang bertahun-tahun terpisah membuat pertemuan kami sangat menyenangkan khususnya Ibu. Mataku terus menatap kakakku ketika Ibu mengumpulkan kami dalam ruangan keluarga. Aku lebih banyak mendengarkan daripada ikut bercerita dengan saudara-saudaraku. Pikiranku justru terbawa pada masa aku berkunjung ke rumahnya, bagaimana ia bangun jam dua pagi membuat kue untuk dititipin di warung kemudian ke pasar ,menyiapkan bubur untuk anak-anak dan suaminya,memikul kardus isi sembako untuk diantarkan ke pelanggan, antar jemput ponakanku dengan motor dan terkadang ngojek anak-anak sekolah lainnya, wajahnya yang dulu cantik terkikis secara perlahan-lahan oleh kesengsaraan dan beban kehidupan yang ia pikul sendiri,semua demi anak-anaknya dan tidak sedikitpun kakakku mengeluh bahkan meratapi penderitaanya. semua kejadian itu masih terlintas dalam pikiranku.
“Oh Ibuku..tahukah Ibu,bahwa ia adalah anak kesayanganmu yang Ibu rawat dengan sangat baik,yang Ibu jaga kulitnya agar selalu indah, adalah pahlawan keluarga yang rela berkorban demi anak-anak dan suaminya dan ia bahkan tidak memperdulikan tentang kesehatannya yang terbatuk-batuk karena kecapaian harus bolak-balik antar jemput anak-anak sekolah demi rupiah, bekerja siang malam,rela bertahun-tahun hidup serba minus, bahkan untuk makan pun ia harus putar otak bagaimana caranya bisa membungkam mulut kelima anaknya dengan makanan yang sehat. Dan ia tidak secuilpun berniat meninggalkan suaminya walaupun tergolek lemah. Ia memang bukan pahlawan untuk orang lain. tetapi perjuangan hidupnya menjadi cambuk untukku untuk tetap bersyukur dan memaknai arti kesetiaan,perjuangan dan pengorbanan, Air mataku menetes melihat bagaimana kakakku menghibur Ibuku dengan kata-kata manisnya bahwa ia bersyukur telah dirawat dengan baik dan sekarang ia bahagia karena kehidupannya sangat baik. Ibuku pun tersenyum dan tertawa bahagia mendengar cerita kakakku, yang kebenarannya hanya aku dan kakakku yang tahu. Kakakku menatapku dan ekspresi wajahnya mengisyaratkan sesuatu, akupun paham mengapa aku harus tetap diam merahasiakan tentang perjalanan hidupnya.