Foto via https://instagram.com/adeirgha_photoworkz |
Memutuskan bekerja ataupun mengurus rumah tangga, yang terpenting adalah kualitas saat bersamadidampingi, setiap langkah meninggalkan rumah rasanya sungguh mengiris hati. Tak perlu menyesali, kelak anakmu akan bangga karena lahir dari ibu yang tangguh dan banyak karya. sebab mereka tau, semua yang kau perjuangkan hari ini adalah untuk masa depan mereka nanti.
Untukmu yang memutuskan sepenuhnya mengabdi pada keluarga, tak perlu takut dipandang sebelah mata, anakmu pasti sungguh bahagia sebab merasa merekalah yang paling berharga. Kelak mereka akan mencatat, ibunya mengorbankan cita atas nama cinta.
Melahirkan spontan ataupun caesar, kasihmu tetap tak terbayar
“Nggak tau rasanya menjadi ibu yang sesungguhnya dong?” kata mereka pada ibu yang melahirkan caesar. Ku tahu pasti berat untukmu, sementara sekuat tenaga berdamai dengan baby blueshmu, kau juga masih harus mendengar komentar miring tentang keputusanmu. Kuatlah mereka tak mengerti apa-apa tentangmu. Kamu tetaplah seorang ibu yang utuh, tak peduli seberapa banyak kalimat yang membuatmu lagi-lagi luruh. Bagaimana bisa mereka berkata bonding tak akan seperti melahirkan biasa, sementara nyata-nyata kau adalah ibunya.
Meski terpaksa memberi susu formula, percayalah kasihmu tetap sempurna
Tak perlu diragukan lagi, setiap ibu pastilah ingin yang terbaik untuk si buah hati. Tapi oleh sebab satu dan lain hal, membuatmu akhirnya tak lagi bisa memberikan asi. Jangan bersedih hati semua anggapan tentang ikatan emosi dengan anak tak sedekat mereka yang memberi asi, nyata tak terbukti. Kamu tak seorang diri, anggapan yang sama pernah ribuan kali terlalui. Meski dengan cara yang berbeda, kasihmu melekat erat pada ananda. Bukan berti kau ibu yang gagal, hanya saja terkadang kita tak dapat menghindari aral. Jangan lagi gundah berlama-lama, sebab anak yang bahagia tumbuh dari ibu yang bahagia pula.
Untuk keluarga dan para tetangga…
Jagalah perkataanmu, karena yang kau hadapi adalah seorang ibu baru. Yang padanya tentu saja lelah fisik dan emosi terkumpul jadi satu. Jangan sampai basa-basimu menciptakan satu ceruk luka baru. Tak perlu lagi menghakimi, sebab kita tak pernah tau apa yang benar-benar terjadi. Bila setiap kita memiliki lembar soal berbeda, lantas mengapa mengoreksi jawaban yang tak serupa?