Nasihat orangtua atau tradisi dalam keluarga bisa membentuk pribadi kita saat ini. Perubahan besar dalam hidup bisa sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai dan budaya yang ada di dalam keluarga. Kesuksesan yang diraih saat ini pun bisa terwujud karena pelajaran penting yang ditanamkan sejak kecil. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba My Culture Matters: Budayamu Membentuk Pribadimu ini.
***
Oleh: Yang Nofiar Desmayani - Sukoharjo
Ayah adalah pribadi yang sempurna di mataku. Segala sesuatu tentang ayah membuatku kagum. Tak heran, sejak kecil aku selalu mengidolakan ayah dan menganggap bahwa beliau adalah pria yang paling sempurna di dunia ini dan takkan pernah ada pria lain seperti ayah.
Sebagai anak bungsu, aku memang dekat dengan ayah. Apalagi ayah sangat penyabar dan bahkan aku hampir tak pernah melihat ayah bermuka masam di hadapan anak-anaknya, terutama aku. Tak heran aku selalu bermanja-manja padanya dan aku sangat senang ayah selalu berusaha mewujudkan apa yang menjadi permintaanku.
Namun dari semua hal tentang diri ayah, yang paling menonjol adalah kesederhanaannya. Meski kala itu ayah memiliki jabatan penting di salah satu BUMN di kotaku, tapi aku tidak pernah melihat ayah membeli sesuatu untuk dirinya sendiri atau minta dibelikan sesuatu pada ibu. Bahkan ayah selalu menggunakan barang-barang lamanya secara berulang-ulang hingga tak layak lagi untuk dipakai. Sedangkan barang baru? Tersimpan rapi dalam lemari, lengkap dengan pembungkusnya.
Bersikap sederhana tidak menjadikan ayah kehilangan kewibawaannya di mataku, maupun di lingkungan di mana teman-teman ayah berada. Terbukti meski mengutamakan kesederhanaan dan bersikap apa adanya, Ayah tetap memiliki banyak teman, bahkan saat sudah pensiun dari pekerjaannya, rekan-rekan lama Ayah masih sering mengunjunginya.
Secara tidak langsung sikap sederhana Ayah ini sangat memengaruhiku. Karena tidak pernah diajari hidup bermewah-mewahan, otomatis akupun tak berlebih-lebihan. Ketimbang membeli perhiasan atau berburu kosmetik merk ternama, aku lebih suka membeli buku bacaan, karena hobiku adalah membaca, sama seperti hobi ayahku yang juga suka membaca buku. Dan karena hobi yang sama ini pulalah mengantarkanku menjadi seorang penulis hingga saat ini. Dan setiap hasil tulisanku dimuat, orang pertama yang selalu terbayang wajahnya adalah ayah.
Ayah adalah pribadi yang sempurna di mataku. Tidak banyak bicara, namun perilaku kesehariannya menyiratkan banyak makna. Meski ayah telah tiada, namun tauladannya selalu ada di hatiku. Aku bangga mewarisi sifat-sifat ayah.