Foto hanya ilustrasi via https://instagram.com/kakang_photoworks |
Mendahulukan kepentingan orang lain daripada diri sendiri. Seperti kisah sahabat prempuanbali.asia yang selalu setia membaca tulisan dalam blog ini. Kisah Pahlawan dalam Hidupmu ini. Seorang pahlawan bisa berasal dari siapa saja yang membuat pengorbanan besar dalam hidupnya.
Sejak aku kecil, mama selalu berjuang agar aku dan adik bisa hidup dengan baik dan bahagia. Saat masih sekolah dulu, mama selalu mengantar aku dan adik sejak pagi-pagi buta agar bisa sampai sekolah tepat waktu. Jarak dari rumah ke sekolah sejauh 15 km dan terkena macet membuat kami harus berangkat lebih pagi dan tidak memungkinkan mama untuk pulang lagi ke rumah. Hal yang dilakukannya sambil menunggu kami pulang adalah tidur di mobil atau belanja keperluan rumah. Panas dan hujan pun tak menghalangi mama untuk setia menunggu walau menunggu di mobil yang kondisinya sudah tua bukanlah hal yang menyenangkan.
Berbagai hal di jalan pun kami alami saat hendak pergi ke sekolah. Mulai dari ban mobil kempes bahkan pernah meledak, kaca mobil retak, mobil yang sering mogok, dan mobil ditabrak dari belakang. Hal ini tentu sangat menghambat kami datang tepat waktu ke sekolah. Namun, mama tidak pernah menyerah dan selalu punya solusi dengan cepat.
Mama pernah mengganti ban sendiri bahkan mama sendiri yang membawa mobil ke bengkel. Kadang aku pun tak tega melihat mama sendiri mengurus mobil yang sering rusak karena itu adalah pekerjaan yang berat. Aku pun khawatir takut terjadi apa-apa saat mama berusaha memperbaiki mobil sendiri. Tapi untunglah mama selalu baik-baik saja dan memastikan semuanya aman dan anaknya tetap bisa bersekolah.
Saat pulang sekolah pun, mama harus membantu kami mengerjakan PR, mengajar kami saat besok ada ulangan dan ujian. Melihat mama yang jarang istirahat dan selalu meluangkan waktunya demi membantu anaknya belajar, membuat kami sadar bahwa semua ini mama lakukan agar anaknya bisa mendapat nilai yang baik dan benar-benar memahami materi yang telah diajarkan. Sejak itu, aku dan adik pun berusaha belajar lebih giat belajar agar segala hal yang mama korbankan tak sia-sia.
Tak hanya waktu, hal lainnya pun banyak beliau korbankan. Di saat uangnya menipis namun anaknya ingin jajan dan bahkan harus bekal besok harinya, mama pun rela sampai tidak makan atau makan demi porsi yang sedikit demi anaknya bisa kenyang hari ini dan seterusnya. Bahkan di saat mama sendiri sakit pun, mama tetap memaksakan diri mengantar anaknya ke sekolah. Papa tidak mungkin mengantar kami karena papa harus bekerja di rumah dan tidak ada lagi yang bisa mengantar selain mama.
Sakit yang paling parah adalah mama pernah terkena rematik dan tidak bisa jalan sampai akhirnya tetap memaksa menyetir mobil dan ke dokter sendiri supaya cepat sembuh dan bisa mengantar anaknya lagi. Kalau mama sakit, mama selalu bilang kalau mama baik-baik saja. Mama tak pernah memikirkan kondisinya sendiri karena yang selalu dipikirkannya adalah anaknya harus bisa sehat, bahagia, dan kehidupannya terjamin.
Puji Tuhan sekarang pengorbanan mama tidak sia-sia. Aku dan adik sekarang sudah lulus sekolah dan kuliah dengan prestasi yang baik. Kami sekarang sudah bekerja dan mama tak perlu lagi mengantar kami ke tempat kerja rutin. Sesekali saja saat mendesak atau saat kami ingin pergi jalan-jalan sehabis pulang kerja.
Kami pun sekarang bisa ajak mama jalan-jalan, traktir segala kebutuhannya, bahkan memberikan tabungan untuknya. Mama pun selalu bilang bahwa mama bangga terhadap anak-anaknya. Aku lebih bangga lagi punya mama yang selalu mengorbankan apapun demi anak-anaknya berhasil.
Tanpa pengorbanannya, kami tak bisa menjadi orang yang berhasil seperti sekarang ini. Terima kasih mama untuk segalanya.