Percayalah, Hidup yang Selalu Mencari Pengakuan Manusia Itu, Melelahkan

Percayalah, Hidup yang Selalu Mencari Pengakuan Manusia Itu, Melelahkan
Foto via Nita.andayani.75
Tidak usah tinggi-tinggi menargetkan bahagia, jangan sampai kamu memandang kebahagian itu dari seperti orang lain yang kamu selalu lihat begitu sempurna hidupnya.

Jangan sampai kamu memandang bahagia itu datang ketika kamu memiliki semuanya, dan hidupmu seperti mereka yang selalu berkecukupan, sungguh bahagia itu datangnya dari hati, dari dirimu sendiri, bukan orang lain dan sebagainya.

Lantas hargai hidupmu sendiri, hargai apa yang sudah Tuhan persembahkan kepadamu, hiduplah apa adanya, tidak usah kamu meniru bayang-bayang orang lain, karena itu lebih bisa menjaminmu bahagia.

Intinya hiduplah kamu sesuai dengan kemampuanmu, tidak usah meniru gaya hidup orang lain, tidak usah menjelma seperti orang lain yang menurutmu serba “wah”, karena mereka pun kadang tidak benar-benar bahagia menikmati hidupnya.

Semua yang tampak di matamu kadang tidak sesuai dengan kenyataannya, kadang mereka terbahak bahagia dan tampil elegan memang hanya untuk menipu mata saja, maka pastikan kamu tidak usah latah ingin seperti mereka.

Bisa jadi pula apa yang nampak menggiurkan di depan matamu, sebenarnya dia sangat menyiksa, maka pastikan kamu tidak masuk dalam kehidupan yang demikian.

Hargailah hidupmu sendiri dengan penuh syukur, hargailah apa yang kamu miliki sekarang dengan tanpa eluhan, karena itulah sumber kebahagiaanmu yang sesungguhnya.

Bahagia itu tidak datang dari orang lain, tidak datang dari apa yang menjadi pernah-pernik dunia, tapi datang dari besarnya hatimu dari rasa syukur.

Karena ketika kamu tidak menyukai hidupmu, dan kamu hanya fokus pada hidup orang lain, maka disitulah kamu tidak akan pernah bahagia, kamu akan selalu mengeluhkan hidupmu sendiri dengan selalu menyalahkan Tuhan.

Jadi tidak usah hidup hanya untuk diakui oleh manusia, tidak usah hidup hanya untuk mendapatkan nilai baik di mata manusia, cukup yang menjadi patokan bahagia adalah Tuhan.