Foto via desurya.photograph |
Mengapa pada Soma Ribek kemakmuran diidentikan dengan padi dan beras? Kalau saya jalan-jalan ke desa-desa, masih saya bisa melihat hamparan sawah yang menyejukkan mata dan jiwa. Padi berpetak-petak di dinding-dinding bukit sampai ke dataran bagaikan tangga mosaik raksasa. Meskipun lokasi pertanian padi sudah semakin berkurang namun syukurnya masih ada tempat-tempat hijau penghasil beras seperti di Jati Luwih, di Seraya, dan sebagain lagi terpencar di desa-desa agraris di Bali. Saya membayangkan bagaimana indahnya negeri ini di zaman dulu sebelum negeri ini lambat laun berubah menjadi negeri pabrik dan industri seperti sekarang ini. Negeri Indonesia adalah bekas negara agraris, dimana penduduknya mayoritas adalah petani. Begitu juga di Bali! Sampai sekarang masih tersisa bekas-bekasnya berupa sisa-sisa sawah yang mudah-mudahan bisa lestari.
Dari hasil renungan, saya yakin pasti hari suci Soma Ribek telah ditentukan oleh para Leluhur orang Bali berdasarkan pemikiran dan pertimbangan luhur sebagai wujud rasa terimakasih mereka atas kemakmuran yang mereka terima dari hasil panen mereka. Mereka sebagian besar adalah petani. Tentunya kehidupan mereka sangat tergantung dari hasil panen dimana padi adalah produk panen utama mereka. Sebagai wujud rasa terimakasih, mereka menghaturkan upakara kepada Hyang Widhi, mengungkapkan rasa bakti mereka melalui hari suci Soma Ribek, yang diyakini sebagai hari beryoganya Sang Hyang Tri Murti. Ritual ini kemudian menjadi tradisi turun temurun sampai sekarang pun kita orang Bali masih terus melaksanakan rahinan Soma Ribek. Soma Ribek merupakan jaringan hari raya yang erat hubungannya dengan Saraswati. Lalu apa hubungannya ilmu pengetahuan dengan kemakmuran? Ilmu pengetahuan itu sumber kemakmuran. Tanpa pengetahuan kita akan menjadi bodoh, dari kebodohan kita akan sengsara. Sebaliknya kalau kita dibekali oleh pengetahuan yang bajik dan bijak, kita menjadi cerdas dan pintar, kita bisa mengolah dan meracik sesuatu menjadi hal yang berguna untuk diri sendiri dan orang lain. Tak beda dengan para petani, tanpa dibekali oleh pengetahuan yang cukup, mereka tidak akan menghasilkan panen yang maksimal. Maka dari itu berawal dari hari pemujaan Saraswati, umat Hindu Bali, kemudian melaksanakan penyucian dirinya untuk kemudian mensyukuri kemakmuran yang mereka terima dari Hyang Widhi. Ritual dan Upakara Adapun upakara yang dihaturkan adalah nyahnyah, grinsing, geti-geti, pisang mas dan wewangian, dilengkapi dengan canang, dupa dan Tirtha, sebagai tanda syukur atas wara nugraha yang berupa amerta (pangan).
Kita memohon agar Hyang Widhi selalu memberikan kesuburan bumi dan kemakmuran kepada semua mahluk. Pada hari ini umat Hindhu Dharma pantang untuk menumbuk padi dan sejenisnya serta jangan menjual beras.