Mengapa Laki-Laki Bali Kebanyakan Berani Menikah, Walaupun Penghasilan Minim?

Mengapa Laki-Laki Bali Kebanyakan Berani Menikah, Walaupun Penghasilan Minim?
foto hanya ilustrasi silakan follow ig@alena-ena93

Memang nggak semua sih yang seperti ini, tapi kenyataannya banyak, bukan di Bali saja!
Walaupun penghasilan masih jauh dari siap untuk berumah tangga dan tinggal masih menumpang di rumah orangtua, tetapi banyak laki-laki Bali yang sudah berani untuk menikah.

Padahal logikanya, menikah berarti siap untuk bertanggung jawab atas biaya hidup diri sendiri plus wanita yang akan menjadi pendamping hidup. Tapi kenyataannya, laki-laki Bali berani menikah, dengan pertimbangan bahwa justru dengan beristri, pengeluaran bisa lebih hemat. Karena kamar cukup satu berdua.

Kalau biasanya sarapan pagi di kantin kantor, kini sudah ada istri yang mempersiapkan di rumah. Mencuci dan menggosok pakaian yang biasa dibayar ke laundry, kini ada istri yang membantu mencuci dan menggosok, tanpa perlu digaji.

Pulang kerja, biasanya mampir dulu di warung untuk beli makanan untuk santap malam, tapi sejak beristri, bisa langsung pulang dan di meja makan sudah tersedia makanan hangat.

Bahkan keperluan mandi, seperti handuk dan sabun, sudah disediakan istri tercinta. Prinsipnya kehadiran seorang wanita dalam rumah, bukan menambah beban, malahan mendapatkan "Pelayan" yang siap melayani "All In" dan tanpa dibayar.

Dari mulai menyapu rumah, mengepel kamar mandi, ke pasar, masak dan mencuci piring, semua dilakukan dengan sukarela. Sementara menunggu suami pulang kerja, istri mengisi bak mandi, karena belum mampu bayar air ledeng, maka air perlu ditimba dari sumur dan disaring agar layak pakai. Begitu suami pulang, rumah sudah rapi.

Suami adalah Kepala Rumah Tangga
Mengapa Laki-Laki Bali Kebanyakan Berani Menikah, Walaupun Penghasilan Minim?
foto hanya ilustrasi silakan follow ig@tuliaa_

Bila tiba saat makan malam, maka suami tinggal melangkah dan duduk untuk bersantap. Bila sudah ada bayi di rumah dan bayi menangis di tengah malam, suami tidak boleh diganggu, karena besok mau ke kantor.

Maka istri dengan ikhlas akan bangun, menyusui ataupun meninabobokan bayinya, agar suami jangan sampai terganggu tidurnya. Begitu tingginya seorang laki-laki Bali, mendapatkan kehormatan dalam sebuah rumah tangga.

Hari Libur, Suami Tidur

Bila hari Minggu atau libur tiba, suami tidur sampai siang dan tidak boleh diganggu. Bahkan bila sudah ada anak-anak maka istri akan mengatakan pada anak-anak "Stt jangan berisik, bapakmu lagi tidur. Ayuh main di luar sana." Alangkah beruntungnya laki-laki Bali!

Di Luar Negri Pria Ikut Cuci Piring, Menyapu, dan Jaga Anak

Di Luar Negri adalah hal sangat biasa dan wajar bahwa suami ikut mencuci piring, menyapu, menjaga anak dan mengepel lantai atau membantu istri di dapur karena itu, amat jarang ada laki-laki Bali yang beristrikan orang asing (Bule), karena pengertian suami istri itu beda total.

Kalau di Bali, seorang suami, begitu dihargai, sehingga dalam segala hal begitu diistimewakan. Bahkan keluarga tidak berani makan malam, sebelum suami makan. Bagi seorang istri, seorang suami adalah segala-galanya. Suami boleh marah kapan saja, sedangkan bila istri yang marah, ntar berdosa terhadap suami. 

Renungan

Semoga tulisan ini mampu menginspirasi kaum laki-laki Bali, agar lebih menghargai peran istri. Karena istri bukanlah pembantu all in seumur hidup, melainkan pendamping hidup Anda.

Posting Komentar