Foto via https://www.balisilentretreat.com/ |
Tumpek Wariga merupakan aktivitas yang sakral dan spesial bagi umat Hindu Bali. Cara pelaksanaannya tidak bisa dilakukan sembarang waktu. Apalagi, Hari Raya Tumpek Wariga merupakan salah satu kegiatan wajib yang dilakukan sebagai rangkaian dari perayaan Hari Raya Galungan oleh masyarakat Hindu Bali, tepatnya pada hari Saniscara Kliwon Wuku Warigadian yang jatuh 25 hari sebelum Galungan. Pelaksanaannya tak kalah penting dibandingkan dengan perayaan Galungan itu sendiri.
Masyarakat Bali menyebut Tumpek Wariga dengan berbagai nama. Mereka bisa saja menamakan hari tersebut sebagai Tumpek Uduh, Tumpek Pengatag, atau bisa pula disebut dengan hari Tumpek Bubuh. Pada momen ini, mereka akan berbondong-bondong melakukan pemujaan kepada Isa Sang Hyang Widhi Wasa yang bermanifestasi sebagai Sang Hyang Sangkara.
Siapa Sang Hyang Sangkara yang Dipuja Pada Hari Raya Tumpek Wariga?
Foto via https://www.balisilentretreat.com/ |
Sang Hyang Sangkara kerap disimbolkan sebagai pemilik warna hijau. Lokasi pura yang menjadi pemujaan Sang Hyang Sangkara bisa dijumpai pada Pura Pucak Mangu yang ada di Desa Pelaga, Badung. Pemujaan kepada Sang Hyang Sangkara bertujuan agar tetap memperoleh anugerah tanaman yang tumbuh subur dan berbuah.
Cara Pelaksanaan Hari Raya Tumpek Wariga di Bali
Foto via https://www.balisilentretreat.com/ |
Hanya saja, menurut catatan yang ada dalam kitab Sundarigama, disebutkan bahwa banten atau upakara yang diperlukan untuk perayaan Tumpek Wariga di antaranya adalah:
1. Peras, sayut, tulung
2. Bubur sumsum
3. Tumpek agung
4. Penyeneng
5. Babi atau itik guling yang dipakai sebagai ulam atau daging
6. Sesayut calegrani serta tetebus
Bubur yang digunakan pada Tumpek Wariga dianggap sebagai lambang kesuburan. Jenis bubur yang dipakai biasanya adalah bubur merah serta bubur putih. Selain itu, pada setiap pelaksanaan upacara ini, masyarakat Bali juga pantang dan bahkan dilarang untuk menebang phon. Sebagai gantinya, mereka berbondong-bondong didorong untuk melakukan penanaman pohon.
Itulah makna penting dari pelaksnaaan Hari Raya Tumpek Wariga oleh masyarakat Hindu Bali. Pelaksanaan upacara ini secara rutin, memastikan bahwa Bali tidak akan pernah kehilangan pemandangan alami yang menjadi salah satu daya tarik wisatanya.
Apalagi, hari raya ini mereka laksanakan setiap 210 hari sekali, seiring dengan pelaksanaan Hari Raya Galungan. Oleh karena itu, wisatawan juga harus turut berpartisipasi dalam menjaga kelestarian lingkungan di Bali. Tak hanya itu, Anda juga perlu menghormati adat istiadat serta aturan yang berlaku di pulau ini.