Setiap keluarga memiliki banyak kisah dan makna tersendiri. Baik kisah bahagia maupun kisah yang berurai air mata. Kisah tentang orangtua, saudara, atau kerabat dalam keluarga. Ada makna dan pelajaran yang bisa dipetik dari setiap kisah yang kita miliki dalam keluarga. Melalui situs Prempuan Bali ini Sahabat Kita bisa berbagai kisah tentang keluarga.
Oleh: Desak Ayu Putri
Aku. Aku yang tak pernah menyangka bisa melewati fase yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Masa sulit yang akhirnya berhasil aku lewati. Masa di mana aku begitu banyak menumpahkan air mata dan perasaan yang terkoyak oleh jutaan pedang yang menusuk jantungku dan menembus kehidupanku.
Kini aku berusia 27 tahun, menyandang status sebagai seorang istri dan juga seorang ibu. Menikah saat usia 19 tahun dan memiliki anak ketika usia 20 tahun, memaksaku harus menjadi seorang yang dewasa dan harus menerima sesuatu yang baru walau terkadang aku tak mau.
Beberapa tahun lalu, ketika aku berproses menjadi seorang dewasa, begitu banyak cobaan yang diberikan Tuhan. Bukan hanya untukku, namun juga untuk suamiku. Saat anakku berusia satu bulan, aku harus menerima kenyataan bahwa aku harus berpisah dengan suamiku.
Ibuku sudah tak bisa menerima suamiku dalam keluarga besarku karena kesalahan yang sungguh tak dapat dimaafkan. Aku betul-betul hancur, ketika aku butuh dukungan suami dan semua pihak keluargaku pasca aku melahirkan, namun semuanya tak sesuai harapan.
Beberapa bulan berlalu ketika aku masih berpisah, aku selalu menemui suamiku. Bahkan suamiku nekad ingin bertemu kembali dengan ibuku yang jelas-jelas sudah tak ingin menerima dia kembali. Aku dan suami bertekad untuk bisa memperbaiki perahu yang karam sebelum berlayar itu. Aku yakin dengan semua doa dan usaha semua akan bisa. Hingga pada akhirnya ibu betul-betul menyerah akan kekuatan cinta kami. Ibu mengizinkanku kembali bersama sang suami hingga kini.
Menikah Dipenuhi Perjuangan
Aku pikir cobaan itu hanya ketika saat berpisah saja, namun nyatanya cobaan datang semakin hebat. Tapi aku merasa tak terlalu berat akan cobaan yang datang selama empat tahun lamanya, mungkin karena ada suami di samping yang selalu menguatkan, menjadi kunci dapat menjalani cobaan kala itu. Rasanya aku begitu ikhlas dan sabar selama empat tahun diberi cobaan yang begitu luar biasa. Hingga tiba saatnya aku dapat merasakan kebahagiaan hingga kini. Kebahagiaan buah dari hasil aku dan suamiku untuk tetap teguh berdoa dan berusaha. Sabar dan ikhlas dalam semua cobaan.
Aku ingin bahagia bukan hanya untukku, namun juga anak dan suamiku. Begitu juga dengan semua keluargaku, aku ingin mereka merasakan hal yang sama. Hidup bahagia sesuai apa yang diimpikan begitu sangat menyenangkan. Walau sulit rasanya aku percaya bisa melangkah sejauh ini, menebas rimbunnya pepohonan hutan belantara, hingga akhirnya menemukan lautan dan rakitan perahu untuk kembali berlayar dan sampai kepada tujuan.
Hidup berkeluarga bukan hanya tentang dua orang. Ada banyak orang yang perlu kita hormati keberadaannya. Dan berjuang bukan hanya seorang saja, butuh dua orang untuk mencapai tujuan.